Pidato Sambutan Mendiknas Pada Upacara HUT 65 RI, 17 Agustus 2010 |
Selasa, 17 Agustus 2010 08:07 |
Assalamu'alaikum Wr. Wb., Selamat Pagi, dan Salam Sejahtera bagi kita semua. Alhamdulillah hari ini, dalam suasana aman dan damai kita dapat berkumpul dan mengikuti kegiatan upacara dalam memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan ke-65 Negara kita, Republik Indonesia, yang sama-sama kita cintai. Marilah sejenak kita menundukkan kepala merenung dan sekaligus memanjatkan do'a, terhadap apa yang telah diberikan oleh para pejuang dan pahlawan kita di dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Mereka telah berkorban bukan hanya harta dan benda tapi juga jiwa dan raganya. Hadirin Yang Saya Hormati, Tiap kali kita memperingati hari jadi atau ulang tahun, seperti Hari Kemerdekaan kali ini, pada hakekatnya ada tiga hal yang harus kita berikan makna. Pertama, peringatan HUT ke-65 RI sebagai bagian dari upaya didalam merefleksikan diri melihat ke belakang, terhadap apa yang telah bangsa ini kerjakan dan lakukan. Kedua, upaya didalam mengintropeksi diri dari apa yang sedang kita lakukan dan kerjakan saat ini didalam mengisi nikmat kemerdekaan, dan ketiga, bagaimana kita memprespektifkan apa yang telah dan sedang kita lakukan untuk masa depan yang lebih baik, sebagaimana dicantumkan dalam pembukaan UUD 1945, upaya didalam mensejahterakan rakyat. Pada kesempatan ini, saya ingin mengajak kepada keluarga besar Kementerian Pendidikan Nasional, untuk menjadikan cermin dari apa yang telah dilakukan para pejuang dan pahlawan kita di dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan, agar kita bisa bersama-sama mengisi nikmat kemerdekaan yang telah kita peroleh ini dengan lebih baik dan sungguh-sungguh, yang dapat tercermin dari hasil kerja kita masing-masing. Merebut kemerdekaan memang harus dengan pengorbanan. Demikian juga dengan upaya mengisi kemerdekaan yang menjadi tugas kita bersama, juga perlu dan butuh pengorbanan. Hadirin Yang Berbahagia, Momentum seperti ini, tidak ada salahnya jika kita kembali menengok sejarah perjalanan bangsa ini. Tentu bukan sekadar mengungkap memori sentimental tentang epos perjuangan kemerdekaan, tapi lebih dari itu untuk mengingatkan kembali bahwa di balik nikmat kemerdekaan yang telah kita raih, ada amanah besar bagi kita yang ada dijajaran dan lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional, harus jalankan. Apa itu? Tidak lain adalah Pembangunan Karakter, Pendidikan Karakter. Para founding father berpendapat bahwa tatanan yang akan dibangun haruslah selaras dengan karakter bangsa, untuk itu mereka tidak memilih demokrasi liberal ala Barat, atau menjadikan demokrasi sosialis sebagai acuan. Mereka telah memilih Pancasila, sebagai landasan filosofi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang memberi tempat pada nilai-nilai spiritualisme, kekeluargaan, gotong royong, musyawarah, dan semangat persatuan yang dilandasi rasa senasib sebagai warga setanah air. Hadirin Yang Berbahagia, Berkait dengan pembangunan karakter dan pendidikan karakter itulah, pada kesempatan yang baik ini, saya tidak bosan-bosannya ingin kembali menyampaikan dan mengingatkan tentang peran dan tanggungjawab Kemdiknas di dalam pembangunan dan pendidikan karakter itu. Mengapa karakter itu penting? Karena karakter itu ibarat "ruh" dari manusia, jika karakternya tidak benar, maka prilakunya juga tidak benar. Jasad tidak punya arti apa-apa jika tidak ada ruhnya, tidak ada jiwanya. Pendidikan karaktrer itu adalah ruhnya. Dalam jasad terdapat empat unsur, masing-masing terdiri dari hati, pikir, rasa, dan raga atau badan. Dalam pendidikan karakter keempat itulah yang akan diisi. Sangat banyak memang karakter yang ada, tapi pada tahap awal hanya beberapa yang akan dikembangkan. Pada unsur hati, kita ingin mengembangkan karakter jujur dan bertanggungjawab. Pada unsur pikir akan dikembangkan karakter cerdas dan kreatif. Karakter peduli dan suka menolong akan dikembangkan pada unsur rasa, sedang pada unsur badan atau raga dikembangkan karakter bersih dan disiplin. Hadirin Yang Berbahagia, Diakui, pembangunan karakter (character building) tentu bukan hanya tugas dunia pendidikan, melainkan tugas bangsa secara keseluruhan. Tapi harus diakui, karakter pribadi seseorang, sebagian besar dibentuk oleh pendidikannya. Karena itu, untuk membentuk pribadi yang terpuji, tanpa cela, dan bertanggung jawab, mutlak dibutuhkan pendidikan yang berkualitas, yakni pendidikan karakter. Saya ingin menegaskan, bahwa pendidikan karakter yang ingin dikembangkan bukan hanya diterjemahkan sebagai sopan santun. Tapi lebih dari itu, kita ingin membangun karakter-budaya yang menumbuhkan kepenasaranan intelektual (intellectual curiosity) sebagai modal untuk mengembangkan kreativitas dan daya inovatif yang dijiwai dengan nilai kejujuran dan dibingkai dengan kesopanan dan kesantunan. Selain itu, kita juga ingin membangun school culture atau university culture. Kultur di sekolah dan kampus perlu dibangun, karena kepribadian itu tidak hanya tumbuh dari dalam diri sendiri, tapi dipengaruhi juga oleh berbagai macam interaksi. Hadirin Yang Saya Hormati, Demikian beberapa hal yang dapat saya sampaikan, mudah-mudahan usaha kita didalam mengisi nikmat kemerdekaan ini, melalui upaya peningkatan kualitas kerja dan pelayanan, dicatat sebagai bagian dari amal kebajikan kita bersama. Amien. Terima kasih. Wassalamu'alaikum Wr. Wb. JAKARTA, 17 AGUSTUS 2010 MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Ttd MOHAMMAD NUH |
0 komentar:
Posting Komentar